Kemahasiswaan dan Kerja Sama

Warisan Harmoni Persahabatan Lintas Iman: Dr. Yan Kristianus Kadang dan Prof. H.M.Iskandar.

Tana Toraja, 16 Juli 2025. Di tengah arus zaman yang kerap memperuncing perbedaan, kisah persahabatan antara dua tokoh akademik ini menjadi oase keteduhan dan teladan kebersamaan yang begitu menginspirasi. Adalah Dr. Yan Kristianus Kadang, S.E., M.M., seseorang yang bersahaja dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja, yang dengan hangat mengenang sosok almarhum Prof. H. M. Iskandar, mantan Rektor IAIN Palopo, bukan sekadar sebagai rekan sejawat, tetapi sahabat sejati lintas iman yang telah menorehkan kisah kemanusiaan dalam bingkai kebersamaan.

Pertemuan wakil rektor 3 UIN Palopo mengungkap lebih dalam hubungan istimewa diantara keduanya—bukan hanya dilandasi oleh kepentingan profesi, tetapi oleh nilai-nilai persaudaraan yang melampaui batas agama. Dr. Yan dan Prof. Iskandar adalah contoh nyata bahwa iman yang berbeda bukanlah tembok pemisah, melainkan jembatan untuk saling belajar, saling menghargai, dan saling menguatkan.

Dr. Yan Kristianus Kadang dikenal sebagai figur pendidik yang rendah hati, tenang dalam tutur, dan tulus dalam tindakan. Di kampus IAKN Toraja, beliau menjadi sumber inspirasi, bukan hanya karena kompetensinya di bidang keilmuan, tetapi karena keteladanannya dalam hidup bersama dalam perbedaan. Kisah persahabatannya dengan almarhum Prof. Iskandar menunjukkan bahwa nilai-nilai toleransi dan kasih sayang dapat hidup nyata di tengah perbedaan keyakinan.

Dua sosok dari dua agama yang berbeda, namun mampu menjalin persahabatan yang erat, saling mendukung dalam tugas akademik, dan menebar energi positif bagi lingkungan kampus dan masyarakat. Mereka telah membuktikan bahwa persahabatan sejati dibangun bukan karena kesamaan, melainkan karena kemauan untuk saling menerima.

Dalam mengenang kebersamaan dengan Prof. Iskandar, Dr. Yan menyampaikan kesan yang menyentuh: “Beliau bukan hanya sahabat dalam bekerja, tapi sahabat dalam nilai. Kami sering berbeda, tapi justru di sanalah kami saling menguatkan.”

Semangat itu kini menjadi warisan yang berharga—bahwa dunia akademik, dan lebih luas lagi, masyarakat kita, perlu terus menumbuhkan ruang dialog, cinta kasih, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Kisah Dr. Yan Kristianus Kadang dan Prof. H. M. Iskandar bukan hanya tentang dua tokoh kampus, tetapi tentang harapan baru: bahwa Indonesia yang majemuk bisa tetap satu—karena cinta, karena persahabatan, dan karena nilai-nilai luhur yang menyatukan.
#jalur3UINPALOPO
#majubersamaUINPALOPO

Tinggalkan komentar

Translate »