Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arka. Ia dikenal rajin, pekerja keras, dan selalu percaya bahwa dirinya mampu melakukan apa saja seorang diri. Baginya, bergantung pada orang lain adalah tanda kelemahan. Sejak kecil, Arka terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa meminta bantuan, bahkan ketika menanam padi di sawah keluarganya, ia lebih sering bekerja sendirian daripada mengajak tetangga.
Suatu ketika, musim kemarau panjang melanda desa itu. Air mulai sulit didapat, dan sawah-sawah warga terancam gagal panen. Arka bertekad untuk menyelamatkan sawahnya sendiri. Ia bekerja siang dan malam menggali parit kecil agar air dari sungai bisa mengalir ke lahannya. Hari demi hari ia bekerja tanpa henti, namun hasilnya tidak seberapa. Parit yang ia gali hanya bisa mengalirkan air dalam jumlah kecil, dan ia mulai kelelahan.
Di saat yang sama, warga desa berkumpul dan memutuskan untuk bekerja sama. Mereka membuat sistem irigasi sederhana yang menghubungkan sungai dengan sawah-sawah secara merata. Dengan gotong royong, pekerjaan besar itu selesai hanya dalam beberapa hari. Air pun mengalir deras ke seluruh sawah, membuat tanaman padi kembali segar.
Arka yang melihat hasil kerja bersama itu terdiam lama. Ia sadar bahwa meskipun dirinya mampu bekerja sendiri, hasilnya jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan yang lahir dari kebersamaan. Seorang tetua desa kemudian mendekatinya dan berkata, “Nak, sendiri kamu bisa berjalan cepat, tapi bersama kita bisa pergi lebih jauh.” Kata-kata itu membekas di hati Arka.
Sejak saat itu, Arka mulai mengubah caranya memandang kehidupan. Ia tetap rajin bekerja, tapi kali ini ia mau berbagi tenaga, pikiran, dan hati bersama orang lain. Ketika ada warga yang membangun rumah, Arka ikut membantu. Ketika ada kegiatan panen raya, ia tidak lagi bekerja sendiri, melainkan bergabung dengan para petani. Ia merasakan kebahagiaan baru: pekerjaan terasa lebih ringan, waktu lebih singkat, dan yang paling penting, hubungan antarwarga menjadi lebih erat.
Dari pengalaman itu, Arka belajar bahwa hidup bukan hanya tentang membuktikan kemampuan diri sendiri, tetapi juga tentang membangun sesuatu yang lebih besar bersama orang lain. Ia akhirnya benar-benar mengerti makna pepatah, “Sendiri kita bisa, bersama kita luar biasa.”