By: Ayah TrioZ
Langit pagi itu tak seperti biasanya. Awan menggantung tenang, dan suara anak-anak kecil bermain bola di gang rumah terdengar ceria. Tapi di balik jendela kamar sempit berwarna biru muda, seorang remaja bernama Raka hanya duduk menatap laptopnya. Teman-temannya sibuk mengunggah foto liburan ke pantai, staycation di vila mewah, atau ikut pelatihan di luar kota. Raka? Ia memilih diam.
Bukan karena tak mau, tapi karena tak mampu. Ayahnya baru saja berhenti kerja. Ibunya berjualan sayur di depan rumah. Tiket liburan jelas bukan prioritas. Tapi pagi itu, Raka membuka kursus online gratis dari Kementerian Pendidikan. “Kalau nggak bisa pergi jauh, kenapa tidak mencoba belajar dari layar kecil ini?” batinnya.
Ia pun mencatat, mendengarkan, bertanya lewat forum. Siang harinya, ia membantu ibunya membereskan lapak. Malamnya, ia membaca buku tua yang dulu dipinjam dari perpustakaan sekolah. Setiap malam, ia menulis satu paragraf tentang mimpinya menjadi desainer grafis.
Libur panjang itu bukan tentang ke mana ia pergi, tapi ke mana ia menata langkah masa depan.
Libur: Waktu Tenang yang Terlalu Sering Kita Abaikan
Libur sering dianggap sebagai jeda untuk berhenti berpikir. Padahal, di sanalah waktu paling tenang untuk mendengar suara hati. Tanpa tugas menumpuk, tanpa bel berbunyi, dan tanpa deadline makalah.
Lalu, kenapa kita malah sibuk scroll TikTok berjam-jam tanpa arah? Kenapa waktu luang yang seharusnya membebaskan kita, justru membuat kita terpenjara dalam kemalasan?
Pernahkah kita berpikir, bahwa waktu adalah nikmat yang paling sering kita sia-siakan?
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Dua nikmat yang sering dilupakan banyak manusia: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)
Liburan bukanlah musuh produktivitas. Ia hanya menanti kita untuk mengisinya dengan niat baik. Dan niat itu, sekecil apapun, adalah awal dari perubahan.
Produktif Itu Bukan Selalu Tentang Prestasi Besar
Produktif tak harus berarti memenangkan lomba nasional atau menulis buku tebal. Kadang, produktif itu sesederhana merapikan kamar sendiri, membaca dua halaman buku, atau mencoba resep baru dari YouTube. Hal-hal kecil, yang jika dilakukan konsisten, akan menjadi pondasi besar.
Seperti menanam pohon. Hari pertama kita tanam, tak ada yang berubah. Tapi minggu demi minggu, daun mulai tumbuh. Akar mulai mencengkeram tanah. Begitu pula diri kita. Saat kita melatih diri untuk bergerak meski perlahan, perubahan akan datang.
Coba tanya pada diri sendiri:
Sudahkah aku melakukan satu hal hari ini yang mendekatkanku pada versi diriku yang lebih baik?
Refleksi: Saat Dunia Menepi, Saatnya Diri Sendiri Berlari
Libur adalah momen langka. Dunia sedang menepi dari rutinitas. Ini adalah waktu terbaik untuk melatih fokus tanpa gangguan. Saat orang lain tertidur dalam kenyamanan, bisa jadi inilah waktu kita menyiapkan peluru untuk masa depan.
Bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain, tapi untuk menjawab satu pertanyaan penting:
Apakah aku sudah cukup mengenal diriku sendiri?
Seringkali, dalam keheningan liburan, kita justru lebih jujur pada diri sendiri. Kita merenung, bercermin, lalu sadar bahwa ada banyak hal dalam hidup yang perlu dibenahi. Itulah mengapa libur bukan jeda, tapi jendela. Ia membuka ruang bagi kita untuk menata ulang hidup. terlebih lagi libur adalah waktu yang tepat bersama keluarga, berbakti kepada orang tua dan menghangatkan kembali suasana kekeluargaan yang sebelumnya memudar saat disibukkan dengan kegiatan sekolah atau perkuliahan.
Kecil yang Konsisten Lebih Kuat dari Besar yang Sesekali
Remaja hidup di dunia serba instan. Viral hari ini, dilupakan besok. Tapi perubahan sejati tak seperti itu. Ia lahir dari hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari, meski tak ada yang melihat.
Mulailah dari hal yang kamu sukai. Suka desain? Pelajari Canva atau Figma. Suka nulis? Buka blog gratis atau mulai dari catatan harian. Suka masak? Buat konten sederhana dan unggah ke TikTok. Apa pun itu, lakukan dari hati.
Allah tidak melihat hasil akhir kita, tetapi usaha dan niat yang tulus.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ajakan: Libur Adalah Ladang, Mari Kita Tanam Benihnya
Raka memang tak pergi ke mana-mana. Tapi ia tak diam. Ia menanam benih. Tahun berikutnya, ia lolos beasiswa kampus impian, karena esai dan portofolio yang ia siapkan selama liburan.
Kita semua punya libur. Tapi tidak semua menjadikannya peluang. Maka mari kita isi waktu dengan hal bermakna. Mulai dari rumah, dari meja belajar, dari layar handphone kecil yang bisa jadi jembatan mimpi.
Tentukan satu skill baru yang ingin kamu pelajari. Tetapkan satu kebiasaan baik yang ingin kamu tanamkan. Jangan tunggu sempurna, cukup mulai. Jangan tunggu ramai, cukup konsisten.
Ingat, libur adalah musim tanam. Dan siapa yang menanam hari ini, akan menuai esok hari. Jangan tunggu orang lain memulainya. Mulailah dari dirimu sendiri.
Karena perubahan besar selalu lahir dari keputusan kecil yang kamu ambil hari ini.
#jalur3UINPALOPO
#majubersamaUINPALOPO
semangat produktif dimasa libur