Jamu adalah warisan kearifan lokal yang sering kali terasa pahit ketika diminum, namun di balik kepahitannya tersimpan manfaat besar bagi tubuh. Pahitnya bukan sekadar rasa, melainkan tanda hadirnya berbagai bahan alami yang berkhasiat, menyehatkan, dan mampu menguatkan daya tahan tubuh. Namun, jamu bisa berubah menjadi racun jika bahan-bahannya tidak berkualitas, tercampur dengan hal-hal yang membahayakan, atau diproses secara sembarangan.
Begitu pula dengan kritik. Kritik pada awalnya mungkin terasa pahit, menyinggung, bahkan tidak menyenangkan. Namun jika kritik itu disusun dengan bahan yang tepat—data yang jelas, fakta yang valid, serta niat yang tulus untuk memperbaiki—ia akan menjadi “jamu” yang menyehatkan. Kritik seperti ini membantu kampus, lembaga, bahkan individu, untuk terus berbenah, berkembang, dan semakin kuat menghadapi tantangan.
Sebaliknya, kritik tanpa dasar yang kuat, yang lahir hanya dari emosi atau sekadar ingin menjatuhkan, ibarat jamu yang tercampur racun. Bukannya menyehatkan, justru merusak tubuh. Kritik yang disampaikan tanpa cara yang baik, apalagi melalui media yang tidak semestinya, hanya akan melahirkan fitnah, kebencian, dan perpecahan.
Al-Qur’an mengingatkan kita agar dalam menyampaikan sesuatu harus berlandaskan kebenaran dan cara yang baik:
> “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125).
Ayat ini memberi hikmah bahwa dalam berdakwah, memberi nasihat, bahkan mengkritik, harus dengan hikmah (kebijaksanaan), hujjah (data/argumen yang benar), dan cara penyampaian yang santun. Kritik yang demikianlah yang akan menjadi jamu penguat, bukan racun yang melemahkan.
Maka, mari kita belajar dari filosofi jamu. Jangan takut pada rasa pahit, karena pahit bisa menyembuhkan. Tetapi pastikan bahan-bahan kritik yang kita racik adalah data, bukti, dan niat baik. Dengan begitu, setiap kritik yang kita sampaikan akan menjadi energi positif, bukan racun yang merusak, melainkan jamu yang menyehatkan jiwa dan raga institusi kita bersama.
mantap