Kemahasiswaan dan Kerja Sama

Ketika Jatuh Justru Mengajarkan Cara Terbang

Aku masih ingat malam itu—malam ketika semua terasa runtuh.
Pekerjaan yang kucintai hilang dalam sekejap, mimpi-mimpi yang kuperjuangkan bertahun-tahun hancur begitu saja. Di kamar yang gelap, aku terduduk lemas. Tanganku gemetar, mataku basah, dan hatiku terasa kosong. Saat itu aku bertanya pada diriku sendiri,

“Apakah ini akhir dari semuanya?”

Hari-hari setelahnya bukanlah hari yang mudah. Aku berjalan dengan wajah yang tersenyum di hadapan orang lain, namun dalam hati aku rapuh dan hancur. Setiap kali menatap cermin, yang kulihat hanyalah seseorang yang gagal.

Aku ingin berhenti.

Aku ingin menyerah.

Tapi entah mengapa, di tengah keputusasaan itu, ada suara kecil yang berbisik dalam hati: “Bangkitlah, jatuhmu bukan untuk selamanya.”
Suara itu tak keras, bahkan nyaris tenggelam oleh rasa sakitku, namun cukup untuk membuatku bertahan satu hari lagi… lalu satu hari lagi.

Aku mulai melangkah pelan. Aku mencoba menata ulang hidupku. Jatuhku memang membuatku terluka, tetapi justru dari luka itu aku belajar hal-hal yang tak pernah kupahami sebelumnya: tentang sabar, tentang ikhlas, tentang keberanian untuk memulai dari awal. Aku belajar bahwa kegagalan bukan berarti aku lemah, melainkan aku diberi kesempatan untuk menemukan cara baru agar lebih kuat.

Seperti seekor burung kecil yang belajar mengepakkan sayapnya, aku terjatuh berkali-kali. Tapi setiap jatuh meninggalkan bekas yang membuat sayapku semakin kokoh. Hingga akhirnya, aku bisa merasakan bahwa diriku bukan lagi orang yang sama. Aku memang pernah jatuh, tapi kini aku mengerti cara terbang.

Dan ketika aku menoleh ke belakang, aku tersenyum getir. Ternyata, kejatuhan yang dulu kutangisi adalah hadiah. Ia memang menyakitkan, namun tanpa jatuh itu aku tak akan pernah mengenal diriku yang lebih berani, lebih kuat, dan lebih siap menghadapi dunia.

Kadang, kita memang harus hancur terlebih dahulu untuk tahu bagaimana cara menyusun kembali kepingan diri. Dan kadang, kita memang harus jatuh sejatuh-jatuhnya, agar akhirnya kita bisa terbang setinggi-tingginya.

Karena sejatinya, jatuh bukanlah tanda bahwa hidupmu berakhir. Jatuh hanyalah cara Tuhan berbisik, “Aku sedang menyiapkanmu, agar ketika waktunya tiba, kau bisa terbang lebih tinggi dari yang pernah kau bayangkan.”

Maka, jangan takut pada luka, jangan benci pada air mata. Sebab di balik setiap jatuh yang kau alami, tersimpan sayap yang menunggu saatnya untuk mengepak. Dan percayalah… suatu hari nanti, kau akan mengerti bahwa kejatuhanmu bukanlah kutukan, melainkan anugerah yang mengajarimu cara terbang.

#Jalur3UINPalopo

Tinggalkan komentar

Translate »