Tidak semua perjalanan harus jauh untuk mengubah hidup. Kadang, cukup berada dalam lingkungan yang tepat, hati bisa menemukan arah, dan jiwa bisa kembali cerah. Itulah yang dirasakan oleh para mahasiswa peserta Pesantren Mahasiswa Ma’had Al Jamiah UIN Palopo yang telah menuntaskan program selama 21 hari—bukan sekadar kegiatan keagamaan, tapi ruang pembentukan karakter, kesadaran spiritual, dan pembelajaran hidup sesungguhnya.
Kegiatan penutupan yang digelar dengan nuansa khidmat namun hangat itu dihadiri oleh tokoh-tokoh penting kampus, di antaranya:
– Dr. Takdir Ishak, M.H., M.K.M. – Wakil Rektor III UIN Palopo mewakili Bapak Rektor
– Dr. Mustaming, M.H.I. – Ketua Senat UIN Palopo
– Muh. Ilyas, M.A. – Wakil Dekan III FEBI
– Dr. Taqwa, M.Pd.I. – Wakil Dekan III FTIK
– Muh. Darwis, M.Ag. – Wakil Dekan III FASYA
– Nurhayati Usman, M.Hum. – Sekretariat Ma’had Al Jamiah
– Dr. Makmur Sentora, M.Pd.I. – Pembina Ma’had Al Jamiah
– Para Muajjih/Muajjiha, Murobbi/Murobbiyah, pembimbing serta seluruh peserta yang berjumlah 130 santri mahasiswa.
Dalam sambutannya, Dr. Takdir Ishak menyampaikan pesan dari Bapak Rektor, Dr. Abbas Langaji, M.Ag., yang mengapresiasi setinggi-tingginya semangat dan partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan ini. Beliau menyebut bahwa Ma’had Al Jamiah bukan hanya ruang tinggal sementara, tapi rumah bagi pertumbuhan ruhani dan kecintaan terhadap ilmu agama yang mencerahkan.
Dr. Takdir Ishak kemudian menambahkan pesan:
“Jaga apa yang sudah ditanam di Ma’had. Shalat jamaah, dzikir, tilawah, tahajud, itu semua bukan rutinitas temporer, tapi energi sejati untuk hidup kalian di luar nanti. Dunia boleh sibuk, tapi jangan sampai hati kalian kosong. Biarlah Ma’had menjadi titik balik, tempat kalian belajar bukan hanya mengenal Allah, tapi juga mengenal diri sendiri.”
Tak hanya dari pimpinan kampus, acara ini juga menghadirkan testimoni penuh makna dari perwakilan santri Ma’had Al Jamiah yang menyampaikan rasa bahagianya:
“Awalnya saya pikir ini akan jadi program biasa. Tapi ternyata, di sinilah saya belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya, bangun sebelum subuh, merenung dalam tafakur, diskusi akhlak, hingga menyanyikan shalawat berjamaah sebelum tidur. Saya merasa lebih tenang, lebih peka, dan lebih kuat menghadapi tantangan sebagai mahasiswa.”
perwakilan santri juga menekankan bahwa Ma’had telah membentuk kebiasaan-kebiasaan baik yang tidak mudah didapatkan di luar:
“Bukan cuma dapat ilmu agama, tapi juga teman-teman yang saling mengingatkan, Muajjih/Muajjiha yang tulus membimbing, dan suasana yang membuat hati ingin terus dekat dengan Allah. Ma’had akan selalu saya kenang sebagai rumah kedua yang paling mendidik.”
Ma’had Al Jamiah bukan hanya soal rutinitas ibadah, tetapi juga penguatan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan. Para peserta diajak untuk merefleksi diri, melatih kepemimpinan, memperkuat kejujuran, dan menumbuhkan empati antarsesama. Bahkan, dalam 21 hari ini, banyak mahasiswa yang berhasil meninggalkan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan amalan kebaikan yang konsisten.
Para Muajjih/Muajjiha juga memberikan teladan nyata dalam kesabaran, kelembutan, dan keilmuan yang membimbing mahasiswa bukan dengan marah, tetapi dengan cinta.
Acara penutupan ditutup dengan suasana hangat, diselingi pesan motivasi, doa-doa kebaikan, dan tentu saja—pantun penutup yang menyemangati:
“Terdengar ayat suci Al Qur’an yang merdu. Yang baca santri Ma’had yang baru.
Semoga acara ini berkah untuk kita semua.
ini awal untuk semangat baru.,
📌 Buat kamu yang belum sempat ikut Ma’had Al Jamiah, yuk siap-siap untuk bulan depan! Jangan lewatkan kesempatan merasakan indahnya belajar dan beribadah dalam satu paket spiritual yang menyejukkan hati dan mencerahkan pikiran.
Karena kadang, hidayah itu datang… saat kamu niat untuk mendekat.
#jalur3UINPALOPO
#MaHadItuKeren
#UINPalopoInspiratif
#MahadSekadarPesantren