Pagi itu terasa berbeda. Hujan gerimis membasahi kampus yang biasanya riuh. Aulia, seorang mahasiswi semester lima, duduk menyendiri di pojok taman perpustakaan. Matanya sembab, dan langkahnya berat seperti menyimpan beban yang tak sanggup diceritakan. Beberapa teman lalu-lalang, tapi tak satu pun berhenti bertanya. Seolah, air matanya hanya bagian dari hujan yang tak perlu ditafsirkan.
Hingga datang Sari, sahabatnya. Ia tak berkata apa-apa, hanya duduk di samping Aulia. Diam, namun hangat. Tangan Sari menggenggam jemari Aulia yang dingin. Saat itulah, Aulia pecah dalam tangis yang selama ini ditahan.
“Aku… hampir dilecehkan saat pulang sendiri tadi malam,” lirihnya.
Sari terkejut, marah, takut, tapi juga sadar: sesuatu harus dilakukan. Bukan hanya untuk Aulia, tapi untuk semua.
Berapa banyak Aulia yang memilih diam karena takut, malu, atau merasa tak akan dipercaya? Berapa banyak dari kita yang tahu sesuatu tidak beres, tapi memilih tidak peduli karena menganggap itu bukan urusan kita?
Kepedulian sesama mahasiswa bukan hanya tentang meminjamkan catatan kuliah atau menawarkan tumpangan. Kadang, kepedulian itu adalah keberanian untuk bertanya: “Kamu baik-baik saja?” Atau sekadar mengingatkan teman agar tidak keluar malam untuk hal yang tidak penting.
Rasulullah SAW bersabda:
> “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim)
Pelecehan seksual adalah kemungkaran yang bisa tumbuh di sela-sela keheningan dan ketidakpedulian kita.
Seperti pagar yang menjaga rumah agar tak mudah dimasuki pencuri, kepedulian adalah pagar yang menjaga kita dari bahaya. Saling memperhatikan, saling mengingatkan, dan saling menjaga adalah bentuk nyata dari tanggung jawab moral di lingkungan kampus.
Bayangkan jika semua mahasiswa memiliki kesadaran sederhana: teman bukan hanya rekan belajar, tapi juga saudara seperjuangan. Apakah kita akan membiarkan saudara kita berjalan sendirian dalam bahaya?
Kepercayaan adalah seperti fondasi. Bila retak oleh sikap acuh, maka bangunan sosial kita bisa runtuh. Amanah untuk saling menjaga bukan hanya tugas kampus atau dosen, tetapi tugas kita semua.
Di kampus, kita terbiasa bicara soal prestasi, IPK, organisasi, lomba, karier. Tapi jarang kita berbicara tentang rasa aman. Padahal, rasa aman adalah syarat utama untuk tumbuh dan berkembang.
Mengapa kita sering kali menunggu tragedi baru bertindak? Mengapa harus ada korban dulu baru kita bereaksi?
Tindakan preventif bukan hal besar. Ia bisa sekedar saling menjaga dan memberi perhatian satu sama lain, karena kita sama sama anak rantau dalam menuntut ilmu, bergabung dengan group yang saling mengedukasi dan mengingatkan akan kebaikan. menjaga jarak pergaulan dengan lawan jenis dengan cara yang santun.
> “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Berikut beberapa langkah kecil yang bisa menjadi gerakan besar:
1. Kurangi aktifitas malam hari. malam hari adalah waktu terbaik untuk rehat dari kesibukan dunia .
2. Bangun budaya peduli. Sapaan ringan, perhatian kecil bisa menyelamatkan.
3. Ciptakan komunitas kampus yang ramah dan terbuka. Kampus bukan hanya tempat belajar, tapi rumah kedua.
4. Laporkan jika melihat atau mengalami hal yang mencurigakan dengan informasi yang jelas. kepada orang yang tepat. Bukan ruang media tanpa filter.
5. Edukasi sesama tentang batasan fisik dan etika pergaulan. Jangan anggap semua orang tahu.
Dunia tak berubah karena orang besar saja. Dunia berubah karena banyak orang kecil yang memilih untuk peduli, untuk tidak diam, dan untuk menjaga satu sama lain.
Aulia bangkit bukan karena keadilan hukum, tetapi karena uluran tangan seorang teman. Dan mungkin, itu cukup untuk mengubah hidupnya.
Hari ini, mari kita mulai dengan hal sederhana: peduli. Jangan tunggu sampai kita atau orang yang kita cintai menjadi korban.
Karena menjaga bukan hanya tugas aparat. Melainkan tanggung jawab hati nurani.
“Berbuat baiklah, sekecil apapun. Karena mungkin, itulah yang menyelamatkan seseorang di saat paling gelapnya.”.
#jalur3UINPALOPO.